Mungkin akan terlihat berlebihan dan “leubay”. Tapi
inilah catatan yang aku tulis. Agar jika nanti suatu saat aku lupa, aku dapat
mengingatnya dengan membuka kembali catatan kecil ini. Sebuah hadiah dan
oleh-oleh terbesar yang sebenarnya ingin kuberi. Catatan sederhana tentang
sebuah pengalaman dan perasaan.
Kamis,
30 Agustus 2012
Hari ini aku berangkat ke Bali. Rencanaku adalah untuk
Kerja Praktik bersama temanku. Tapi ada beberapa niatan yang telah kuazamkan, yaitu
aku ingin mendapatkan beberapa hal dan pelajaran yang ingin kudapatkan disana.
Diantaranya adalah :
-
Iman
Hidup di lingkungan minoritas sepertinya tidaklah mudah,
tapi bayanganku adalah kehidupan minoritas pasti mempunyai ikatan ukhuwah yang
lebih kuat. Dan lingkungan yang berbeda pasti akan memberikan ujian yang lebih
daripada di lingkungan mayoritas.
-
Cinta
Sulit untuk mendeskripsikannya, rasa cinta kepada dia membuatku seperti akan menjalani
“hubungan jarak jauh”. Ya, dia memang
bukan milikku. Tapi disana aku ingin mendapatkan apa itu arti cinta yang
sesungguhnya.
-
Kerja keras
Kerja Praktik pastinya berhubungan dengan para pekerja di
proyek. Dunia kerja yang Insya Allah akan kujalani pasti tidak jauh dari ini.
Dari sini aku ingin mengerti apa itu arti dari kerja keras untuk sebuah
penghasilan.
Sebelum berangkat aku sempatkan untuk berpamitan kepada
orang-orang yang kucinta. Ayah, ibu, kakak, nenek, dan yang pastinya dia. Ayah dan ibu menyempatkan untuk
mengantarku sampai ke tempat pemberangkatan. Sesaat sebelum berangkat aku
sempatkan untuk menelepon dia. Ya,
menghubungi sesaat hanya untuk sekedar berpamitan.
Perjalanan yang pastinya akan sangaaat panjang dan
melelahkan. Dan sejuta petualangan telah menungguku disana.
Jum’at,
31 Agustus 2012
Hari pertama aku menginjakkan kaki di Bali pukul 18.00
wib. Setelah menempuh perjalanan jauh dengan bis. Kemudian aku menyebrangi
selat Bali dengan kapal ferry. Tidak
sebesar saat aku menyebrangi selat sunda, kurang lebih hampir 4 tahun yang lalu
saat aku pergi ke lampung.
Suasana yang tidak bisa dibayar dengan apapun. Matahari
terbenam dibalik gunung tinggi, angin laut yang berhembus kencang, ombak dan
gelombang tenang di selat Bali. Tapi sayang, pemandangan yang begitu indah
hanya kuhabiskan sendiri.
Tak lama setelah sampai di Bali, dia mengirimku pesan singkat yang berisi bahwa hari ini adalah hari
yang tak akan dia lupakan. Cobaan
berat melandanya dan pacarnya. Kemudian dimalam harinya aku menelponnya, tak
terasa hampir 1 jam kita berbincang. Dan dari cerita yang dia ceritakan, sangat menunjukkan betapa dia sayang, cinta dan percaya kepada pacarnya. Pantas saja dia mengatakan tak bisa meninggalkan pacarnya.
Ternyata bukanlah perkataan biasa yang aku duga sebelumnya. Tapi dia sepertinya memanglah
sungguh-sungguh. Dan bulan saat itu sangat indah.
Sabtu,
01 September 2012
Hari kedua di Bali, temanku dan ayahnya langsung
mengajakku ke lokasi proyek untuk melihat tempat kerja praktikku nanti. Ayahnya
mengantar kami dengan mobil. Sambil melintasi jalanan kota Denpasar yang masih
asing bagiku, ayahnyapun memutar lagu dengan playlist lagu-lagu cinta tempo dulu.
Mulai terfikir untuk belajar mencintai tanpa harus
memiliki. Tapi salahkah aku merindukan dia
yang bukan milikku. Aku rasa tidak. Dan aku teringat sebuah kata-kata mutiara
yang pernah aku baca.
“mencintai itu adalah keindahan,
dicintai itu adalah lebih dari indah,
tapi dicintai orang yang kita cintai adalah segalanya”
ya, dicintai orang yang kita cinta adalah segalanya,
meskipun tak selamanya harus saling memiliki. Indah memang, tapi sekaligus
perih. Bahagia, tapi hanyalah kebahagiaan semu.
Ya, sudahlah. Festival layangan di pantai Gianyarpun
kujadikan sebagai pengalih rasaku sejenak.
Dimalam harinya aku bercerita dengan temanku, dan aku
mulai menulis “catatan kecil dari Bali” ini.
Minggu,
02 September 2012
Pagi ini sholat shubuh dirumah. Lalu naik motor untuk
pergi ke rumah temanku yang lain. Setelah itu kami pergi ke lapangan renon
untuk lari pagi. Setelah lari temanku menawarkan jajanan di lapangan tersebut.
Aku sangat hati-hati dan khawatir makanan disini halal atau tidaknya. Tapi ya,
temanku lebih mengerti. Maka akupun tidak menolaknya.
Setelah lari kami pulang dan melewati sebuah gereja besar
dengan patung-patungnya. Entah patung apa. Oh ya, ketika kami akan pulang
setelah lari. Seorang juru parkir menanyakan kepada kami “anda muslim?” aku
kaget dan mengira bahwa dia muslim juga. Aku sempat senang. Tapi ternyata dia
adalah seorang hindu. Ya mungkin hanya sekedar toleransi beragama, diapun
mengucapkan selamat hari raya kepada kami.
Setelah dirumah aku menonton film kartun di televisi.
Teringat masa kecilku yang sangat indah. Aku yang masih lugu dan selalu ceria.
Apapun yang terjadi. Tak seperti sekarang..
Sekarang masalah serasa terasa berat dan yaa, mungkin
sedikit di dramatisir. Masalah kuliah, teman, gadget, keluarga, pekerjaan nanti. Dan cinta...
Aku merindukan diriku yang dulu. Diriku yang begitu
merdeka, tak hirau apapun yang terjadi. Ya, diriku yang selalu ceria.
Setelah lelah, saat menonton televisi aku merasakan rindu
mendadak kepada dia. Tapi aku
tertidur sebentar dan ketika terbangun rasa itu hilang kembali.
Teringat perbincangan semalam sebelum tidur. Cinta,
sayang, dan ikhlas. Ternyata diatas cinta dan sayang adalah ikhlas. Ya, ikhlas.
Dan jika harus menjalani HTS pun itu hanyalah kebahagiaan semu.
Hari ini kami tidak jadi pergi ke tempat proyek karena
ada temanya temanku datang. Kamipun pergi ke masjid sebelum pergi bermain.
Serentak aku merinding dan ingin menangis ketika melihat sertifikat mualaf yang
ditempel di mading masjid.
Setelah itu kami pergi ke pantai kuta untuk menyaksikan sunset sore itu. Sayang hanya bisa
kusaksikan bersama temanku saja. Sepertinya indah jika kusaksikan bersama dia.
Senin,
03 September 2012
Ketika pagi aku terbangun dan merasa bahwa semuanya salah
dan tidak perlu, tapi lama-kelamaan rasa itu muncul kembali.
Hari ini hari pertama sholat shubuh berjamaah di masjid.
Tak seperti yang kusangka ternyata jamaahnya begitu banyak. Ya keadaan
minoritas lah yang menyebabkan hal ini.
Dan hari ini teman-teman KKN-ku berkumpul. Aku dan kedua
temanku yang lain ternyata tidak bisa hadir. Aku merasa sedih karena tak
seorangpun yang menanyakan kabarku atau sekedar menyapa. Yasudah aku yang
menyapa dan bertanya lebih dahulu.
Dimalam hari aku mengotak-ngatik laptop-ku dan ternyata bluescreen.
Aku bingung, sedih dan pusing. Laptop yang
biasa ku pakai tiba-tiba tidak bisa dipakai. Ya kecewa, sedih tepatnya. Disaat
ini lah aku membutuhkan seseorang untuk menghibur dan menyemangatiku. Aku
langsung teringat dia. Namun ketika
malam itu dia sedang dalam
perjalanan. Dan ketika dia membalas
pesan singkatku ternyata tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Dia bilang dia tidak bisa menghibur orang. Yasudah,
aku mencukupkan diri saja. Cukup dengan menghubungi dia saja sudah kurasa cukup.
Bukan aku menyerah, tapi ya sudah mentok dengan laptop-ku
yang tak kunjung benar kembali. Aku memutuskan untuk tidur. Ya mudah-mudahan
besok bisa.
Selasa,
04 September 2012
Di pagi hari aku langsung membuka laptop-ku dan mencoba searching
di internet kembali bagaimana caranya untuk memperbaiki laptop-ku. Dan, ternyata bisa. Ada
beberapa pelajaran yang dapat kuambil dari kejadian itu.
Dalam menyelesaikan masalah tidak bisa harus saat itu
juga diselesaikan. Ada masalah yang butuh waktu untuk menyelesaikannya. Ada
saatnya kita harus berhenti sejenak, kemudian melanjutkannya lagi. Dan itu
menegaskan bahwa semuanya indah pada waktunya. Dan jika kita mau berusaha dan
terus belajar pasti bisa dan ada jalannya.
Kemudian aku menelepon dia, aku menceritakan hal tersebut. Dan kami berbincang-bincang.
Tak lama, dia meminta menyudahi
perbincangan karena akan pergi ke kampus. Tak lama setelah dia sampai dikampus. Dia mengirim
pesan singkat kepadaku. Yang intinya aku menanggapi bahwa dia ternyata tidak bisa menjaga perasaan. Ya nampaknya tidak sebaik
yang diduga. Tapi pasti tak seburuk yang diduga juga. Dan aku langsung
menyampaikan rasa kecewaku. Dia mengatakan
bahwa ternyata sifatku mirip dengan mantan pacarnya. Dia menyukai laki-laki lainnya lagi. Lalu aku mengatakan jangan
sampai dia berharap dan seolah
memberi harapan tapi mengecewakan. Dia berkata
tak pernah berharap kepada siapapun. Aku katakan dusta, maksudku adalah
bercanda dan agar dia sadar untuk
lebih menjaga perasaan. Kemudian dia mengirim
pesan singkat yang berisi
”Jika dalam cintamu, hatimu lebih sering terluka daripada
digembirakannya, maka lepaskanlah dari genggaman penuh khawatirmu. Jika dia
memang cinta sejatimu, dia akan kembali sebagai belahan jiwa yang memuliakanmu.
Tapi jika dia tak pernah kembali, maka memang dari awal dia tak pernah
direncanakan bagimu. Hapuslah sedihmu, indahkan dirimu dan harumkanlah ruang
tamu dihatimu bagi cinta yang baru (mario teguh)”
Lalu dia
meminta untuk diyakinkan bahwa pacarnya yang sekarang adalah yang terbaik
untuknya.
Aku berjanji mulai hari ini saya akan benar-benar belajar
ikhlas. Apapun yang terjadi. Aku tak akan menunjukkan bahwa diriku sakit,
sedih, cemburu dan yang lainnya. Semuanya akan kutuliskan dalam catatan kecilku
ini.
Yang terbaik bukanlah yang paling baik sifatnya, bukan
yang paling bagus, bukan yang paling sholeh, bukan yang paling mapan, dan
bukanlah yang paling segalanya. Tapi, yang terbaik adalah yang terbaik. Dan
Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita mau.
Aku sangat senang jika ada orang yang berpendapat tentang
bagaimana sifatku. Aku penasaran dan menanyakan lagi kepada dia bagaimana sifatku. Tapi ternyata hal
itu membuat dia merasa kesal.
Kemudian dia mengacuhkanku.
Yasudahlah, mungkin esok hari semuanya kembali baik. Toh, aku sudah meminta
maaf.
Rabu,
05 September 2012
Memang benar ternyata penyelesaian masalah butuh waktu.
Tak bisa diselesaikan sekaligus. Di pagi hari keadaan membaik.
Disaat di proyek aku melihat seorang bapak cukup tua
sedang bekerja mengerjakan bronjong. Posturnya yang mirip ayahku membuat hatiku
sedikit tersentuh. Dan aku merenung sejenak. Dia sudah cukup tua namun masih
harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Pekerjaan yang menurutku tak
layak ia lakukan di usianya yang sudah cukup tua. Seharusnya dia diam di rumah.
Anaknya lah yang seharusnya menafkahinya. Ayah, terima kasih. Maaf...
Setelah dari proyek, dijalan menuju rumah aku dan temanku
menyempatkan untuk memfoto pemandangan indah pantai di gianyar. Namun
pemandangan indah yang diabadikan dalam kamera tidaklah seindah jika kita
melihatnya langsung.
Kesorean harinya, aku sedikit ingin tahu siapa pacarnya.
Lewat jejaring sosial aku mengetahuinya.
Dan kemudian saat sholat isya aku berangkat ke masjid
bersama temanku. Di sepanjang jalan aku berkata, berdoa dan memohon dalam hati
“ikhlaskan hati ini ya Allah”. Akupun sempat menangis dalam sholatku. Dan aku
memohon, siapapun, ajarkan aku ilmu ikhlas. Ya, aku sangat ingin menangis.
Dan kemudian aku berpikir tak akan mengirimkan surat yang
tadinya akan kukirim. Tapi surat itu akan tetap kutulis.
Dimalam harinya, aku mengirim pesan singkat kepada dia hanya untuk berbincang dan
memastikan dia sudah tidak kesal
kepadaku. Tapi dari kata-kata yang dia kirimkan,
aku merasakan... Dia berubah.
Kamis,
06 September 2012
Ya, dia memang
berubah. Mulai sekarang aku benar-benar tak akan berharap kepada dia lagi. Lebih baik hampa daripada
sakit dan kecewa. Ya, mungkin lebih baik begini.
Setelah shubuh aku tidur kembali, kemudian temanku
menelepon. Dan dia mengingatkanku pada dia.
Mengesalkan memang, tapi yasudahlah. Lalu aku teringat mimpiku saat tadi tidur.
Singkatnya aku bersama dia dan temanku itu berada di suatu tempat. Kemudian aku tiba-tiba
mengendarai sebuah bis. Aku terus melaju dan meninggalkan dia dan teman-temanku. Bis itu kosong. Kemudian setelah melaju jauh
bisku berhenti. Aku turun dan ingin melihat ke belakang. Memastikan apakah dia ada di belakang. Ketika aku menaiki
bukit untuk melihatnya, aku terbangun karena telepon dari temanku tadi.
Hikmahnya mungkin, “melajulah terus dan tinggalkan dia dan temanku, walaupun bis itu
kosong”. Dan ketika aku ingin melihat ke belakang, nampaknya Allah masih
merahasiakannya.
Kemudian aku menonton salah satu acara di televisi. Acara
itu melakukan percobaan ilmiah untuk menyatukan air dan minyak. Ternyata mau
bagaimanapun air dan minyak tak akan bisa bersatu, meskipun sudah dikocok. Tapi
mereka masih bisa hidup bersama..
Namun, ada yang dapat menyatukan air dan minyak ternyata.
Adalah pengelmusi yaitu sabun.
Aku dan dia mungkin
tak bisa bersatu untuk saat ini mau dibagaimanakanpun juga. Tapi kita masih
bisa hidup bersamaan. Dan, jika nanti dapat bersatu. “pengemulsinya” adalah
Allah.
Aku berjanji dan berniat, mulai hari ini tak akan
menuliskan perihal cinta dalam catatan kecil ini. Aku hanya ingin menuliskan
tentang kehidupan.
Mungkin aku akan sedikit ingkar janji kepada dia. Tapi mungkin ini adalah hal yang
paling logis. Hal yang paling baik mungkin. Dia mau menjauh atau tidak sekarang
mungkin atau memang tak akan berpengaruh. Membuat dia memilih menjadi milikku.
Malam ini aku berniat untuk terakhir menghubungi, tadinya
aku ingin menelpon. Namun sudah beberapa kali nomornya sedang sibuk. Ya, sudahlah.
Berarti tak akan kuhubungi lagi. Kecewa memang.
Tapi ternyata tak lama aku membuka laptop-ku dan online.
Ternyata dia sedang online juga. Yasudah kami berbincang
disana. Perasaanku benar, dia menjadi
dingin dan terlihat kurang semangat adalah karena dia dalam badmood.
Hemmmm, aku pikir sebelumnya adalah karena dia
memang ingin menjauh. Dan disitu kami berbincang banyak hingga tak terasa
waktu menunjukkan pukul 02.00 WITA. Yasudah, kami mengakhiri perbincangan.
Jum’at,
07 September 2012
Hari ini, aku ingin benar-benar merdeka. Benar-benar
ikhlas. Aku tak ingin memikirkan “hal itu” untuk sementara. Disini aku ingin
fokus dulu untuk kerja praktik dan kembali mengejar cita-cita yang sudah
kuinginkan sejak lama.
Pagi ini kami tidak pergi ke proyek untuk kerja praktik.
Kami pergi kantor ayah temanku. Disana, aku mulai mencari-cari beasiswa S2 ke
luar negeri. Ya, cita-citaku saat pertama kuliah yang sempat terlupakan. Aku
sangat senang dan fokus untuk mencarinya di internet. Dia pun seolah terlupakan sejenak. Dan aku tidak merasakan rasa
galau kembali.
Disiang hari kami pergi ke sebuah musholla untuk
menunaikan ibadah sholat Jum’at. Membayangkan hidup di lingkungan minoritas,
pasti jamaahnya tidak banyak. Benar saja, jamaah sholat Jum’at siang ini
hanyalah 24 orang. Imam syafi’i berpendapat jamaah minimal adalah 40 orang.
Namun khotib mengatakan ada pendapat lain yang mengatakan bahwa jumlah minimum
jamaah 20 orang. Maka jamaah kami cukup dan kami melakukan sholat Jum’at.
Di sore hari aku dan temanku menonton film the expendable 2010. Film yang sudah
lama namun aku baru mengetahui bahwa film tersebut dibintangi oleh aktor-aktor
laga legendaris dan fenomenal yang terkenal. Seperti Jet li, Arnold
Swatzeniger, dan yang lainnya. Namun aktor yang sangat kukagumi adalah
Silvestre Stallone. Karismanya saat membintangi film Ramboo yang membuatku kagum. Dan juga film Rocky.
Setelah itu aku chating
dengan teman lamaku di SMA. Aku menanyakan kabar dan bercerita tentang dia. Aku menceritakan bahwa dia suka padaku dan sebagainya. Namun
aku katakan bahwa dia sudah punya
pacar. Temanku berpendapat bahwa dia tidak
baik karena sudah memiliki pacar tapi suka juga ke orang lain. Hemmmm..
Entahlah, memang benar. Jika aku dalam posisi pacarnya
aku juga pasti kecewa. Dia ternyata
tak bisa menjaga perasaan ketika dibelakang. Tapi ya entahlah. Dia orang yang baik. Tapi entah mengapa dia begitu. Sifat yang memang tidak bisa
dirubah atau apa.
Ketika di malam harinya. Aku online, diapun online.
Aku sudah berniat tak akan menghubunginya. Namun ternyata, dia menyapa duluan. Yasudah kami mengobrol, meskipun tidak banyak.
Sabtu,
08 September 2012
Hari ini aku pergi ke kintamani. Ya sekedar berhibur
dengan temanku. Dan aku ingin belajar bahagia tanpa dia. Tapi saat sampai di kintamani aku masih belum bisa. Aku
mengirim pesan singkat kepada dia, sekedar
berbagi kebahagiaan. Tak berharap dia membalas
pesanku. Ternyata pemandangan disana luar biasa indah. Gunung yang tinggi, lalu
danau luuuas yang sangat indah. Salah satu maha karya Allah yang aku temukan
disini. Sudah waktu dzuhur saat itu. Kami mencari tempat untuk sholat rasanya
sulit. Lalu setelah berjalan cukup jauh kami menemukan masjid cukup besar di
pinggir jalan. Hah, legaaa rasanya. Rasa yang sangat indah luar biasa. Bertemu
dengan masjid itu rasanya jaaauh lebih bahagia dibanding bertemu apapun dan
siapapun. Ya, siapapun :)
Kemudian kami melewati sebuah jembatan panjang yang cukup
bagus. Ya mirip jembatan rajamandala lah. Namun ini skala kecilnya. Hehe.. Nah,
ada kejadian lucu disitu. Setelah berfoto-foto, kami sempatkan untuk membeli
gorengan di pinggir jalan. Aku dan temanku mengobrol memakai bahasa sunda. Temanku
mengatakan “teu ngeunah nya, teu jiga nu di lapang”. Akupun mengiyakan karena
memang beda. Ternyata, saat kami makan. Kami mendengar pedagang gorengan itu
mengobrol dengan temannya sesama pedagang menggunakan bahasa sunda. Kamipun
langsung kaget dan serba salah serta salah tingkah. Yaa, mudah-mudahan pedagang
itu tidak mendengar ketika kami mengobrol :p
Sore dan malam hari aku sempatkan untuk mengobrol dengan
teman-temanku lewat jejaring sosial. Salah satu cara “berpaling” dari dia. Daaaaan banyak sekali teman yang
bisa kusapa dan kuajak ngobrol. Tempo hari aku membuatkan sebuah surat cinta
untuk saudara dari temanku untuk ospek masuk universitas. Dan ternyata surat
itu menang. Dan dia mendapatkan hadiah cokelat dari kakak seniornya. Hahaha.
Akupun bingung dan menanyakan kepada temanku kenapa surat itu bisa menang,
surat yang menurutku sangat simple.
Ya, mungkin karena simple, jujur, to the point, dan tidak lebay. Hehe
Minggu,
09 September 2012
Pagi ini aku terbangun karena aku bermimpi dia menelponku. Kaget memang, dalam
mimpiku dia mengatakan “aku sayang
kamu”. Hah, sudahlah.
Aku dan temanku pun bergegas pergi ke masjid. Rencananya
hari ini ada penceramah datang yang akan mengisi kuliah shubuh. Dan ternyata
benar.
Isi materinya adalah tentang Silaturahim. Ada sebuah
simulasi yang membuatku cukup kebingungan. Penceramah minta setiap orang dari
jamaah untuk saling mengenal 3 orang ke kanan dan ke kiri. Dan katanya nanti
akan di tes. Akupun bingung, malu dan kikuk. Sebagai pendatang baru dan sementara
disini jelas aku bingung. Duduk saja dan tersenyum, hingga ada yang bertanya
kepadaku “dimana tinggal?” aku tak tahu dan aku hanya menjawab “saya ikut teman
disini”. Hah, hatiku sudah berdebar takut jika nanti benar-benar di tes. Namun
akhirnya entah lupa atau bagaimana, penceramah tadi tak jadi mentes. Lega
rasanya.
Ada sebuah kisah juga yang disampaikan penceramah. Ada
seorang ayah yang menasihati anaknya yang pemarah. Ayah itu mengatakan pada
anaknya bahwa jika tiap kali dia marah. Maka tancapkanlah 1 paku dengan palu ke
sebuah batang kayu yang sudah ayah itu siapkan. Tak lama setelah satu minggu
kayu itupun penuh dengan paku. Lalu ayah itu bertanya pada anaknya “bagaimana
kelihatannya?”. “buruk yah”, jawab anaknya. “itulah hatimu yang penuh kotor
karena amarahmu”. Lalu anak itu mengusulkan peraturan. Bagaimana jika tiap kali
anak itu berhasil menahan amarahnya, maka 1 paku di batang kayu itu dicabut.
Ayah itupun menyetujuinya.
Tak sampai 1 minggu paku-paku di batang kayu itupun sudah
tercabut semua. Lalu ayah itu kembali membawa anaknya untuk melihat batang kayu
tersebut. “bagaimana?” tanya ayah. “pakunya sudah tercabut semua yah”, kata
anaknya. “ya, sudah tercabut semua dan pakunya sudah tidak ada lagi. Tapi
lihatlah, masih ada bekas lubang paku di batang kayu itu. Sama juga dengan hati
orang-orang yang telah kau sakiti. Maka bertaubatlah”.
Setelah pulang ke rumah. Aku ingin menikmati hari minggu
ini. Aku ingin menonton film kartun di televisi untuk kembali mengingat
indahnya masa kecilku. Ya, masa kecil yang sangat indah. Yang kutahu hanyalah
bermain, sekolah, nonton kartun, main bola daaaaaan banyak hal yang sangat
membuatku bahagia. Hidup bebas dengan imajinasi liar. Itulah masa kecilku.
Indahya....
Di siang hari aku dan temanku pergi ke bengkel untuk
memperbaiki mobil ayah temanku yang rusak. Ketika sampai di bengkel aku melihat
motor pemilik bengkel itu menggunakan bahan bakar gas. Inovasi yang menarik dan
lebih ramah lingkungan. Dan tak lama setelah sampai di bengkel, waktu dzuhur
tiba. Dengan begitu tergesa-gesanya pemilik bengkel itu dan anaknya mengambil
motor dan segera pergi ke masjid, kamipun ikut. Entah semangat apa yang
menyebabkan mereka begitu tergesanya. Mungkin karena kehidupan minoritas disini
dan juga tidak mudahnya menemukan masjid dimana-mana. Maka semangat untuk
beribadah sangatlah kuat, dan yang pastinya karena iman.
Setelah pulang dari masjid akupun duduk-duduk di ruangan
di bengkel itu. Aku mendapat sms yang berisikan “hidup ini selalu harus
memilih. Pilihlah apa saja yang disukai Allah. Pasti tak akan rugi. Jangan
memanjakan nafsu, akan rugi”. Ya, jangan bingung kita harus memilih yang mana.
Pilihlah yang Allah suka, meskipun terkadang bertentangan dengan keinginan
kita. Tapi harus yakin, Allah lebih tau mana yang terbaik dan mana yang dapat membuat
kita benar-benar bahagia.
Ada beberapa hal yang kemudian aku pikirkan. Jika dia hanya menjadi orang untuk sekedar
teman mengobrol dan untuk berbagi kebahagiaan, kupikir banyak teman-temanku
yang dapat kuajak ngobrol dan kubagi kebahagiaanku. Tapi orang yang selalu
perhatian dan, yaa. mengertilah... orang “spesial”.
Jika ada orang yang seharusnya dirindukan, mungkin
seharusnya adalah kedua orang tuaku. Entah seberapa anehnya diriku... sudahlah.
Akupun merasa khawatir jika aku telah di Bandung nanti.
Apakah aku akan mengharapkannya kembali. Karena pastinya jarak yang dekat
memungkinkan kita bertemu. Namun, semua memang dari awalnya kurasa tidak
mungkin. Seiring waktu semuanya seolah menjadi mungkin. Dan, sekarang semuanya
seolah menjadi tidak mungkin kembali.
“tak perlu merebut kebahagiaan orang lain untuk bisa
bahagia. Carilah dan temukan kebahagiaanmu sendiri”
Dimalam hari aku ditelepon oleh temanku. Mengabarkan
bahwa temanku dan temannya sedang kencan. Ya, aku ikut bahagia. Semoga mereka
diberi yang terbaik. Teman laki-laki ku ternyata menyatakan perasaannya kepada
teman perempuanku. Ya, semoga diberi yang terbaik. Yang aku tahu, mereka berdua
mempunyai visi yang sama. Mereka berdua sudah benar-benar ingin serius. Ya,
mudah-mudahan hal yang terbaik terjadi.
Senin,
10 September 2012
Pagi ini seperti biasa aku dan temanku pergi ke proyek
tempat kami kerja praktik. Namun setelah sampai disana ternyata 3 dari 4 alat
berat rusak dan sedang diperbaiki. Dan temanku ditelepon oleh ayahnya untuk
datang ke kantor. Tak lamapun kami pergi ke kantor, tapi di jalan ditelepon
lagi. Tak usah ke kantor kata ayahnya, yasudah kami pulang ke rumah.
Di siang harinya aku menanyakan perkembangan kabar
temanku. Nampaknya dia diterima. Aku turut bahagia :) .. tak ada kata-kata
lain.
Oh iya, sebelum ke rumah aku sempatkan untuk mampir ke
pasar tempat oleh-oleh. Belum niat beli sih, tapi ya sekedar melihat-lihat
oleh-oleh apa yang kira-kira bisa kubawa.
Saat aku melihat banyak benda yang dapat kujadikan
oleh-oleh. Namun tiba-tiba saat melihat baju dan aksesoris, aku teringat dia. Rasanya ingin membelikan ini dan
itu untuk oleh-oleh. Aku tiba-tiba linglung dan sedikit melamun.
Sesaat sampai di rumah. Aku hanya bisa menahan
perasaanku. Rindu, tapi tak ada yang bisa kulakukan. Aku bercerita kepada
temanku. Dan, tak terasa air mata tak bisa kutahan.
Lalu, ada salah satu temanku bercerita. Kasus yang hampir
mirip denganku. Namun, dia belum menjelaskannya lebih lagi. Yang jelas, mirip
lah. Tapi dia mungkin sedikit lebih beruntung.
Lalu, saat itu dia
online, aku bingung mau menyapa atau
tidak. Hatikupun bergejolak disitu. Jelas bingung dan serba salah. Yasudah aku
pergi ke masjid untuk sholat maghrib. Dan, akhirnya aku merasa tenang dan
semuanya seolah beres. Aku tidak menyapanya.
Bukan sombong atau ingkar janji, tapi aku mencoba untuk
membantu dia tetap yakin pada
pacarnya yang sekarang. Bukan aku tak sayang lagi padanya. Justru aku sangat
sayang, namun aku bingung dan dilema.
Selasa,
11 September 2012
Hari ini sepertinya tak ada yang begitu spesial. Aku menjalani
hari seperti biasanya.
Ada pertanyaan yang sampai sekarang belum ada yang bisa
menjawab. Kapan harus mengikuti logika, kapan harus mengikuti perasaan. Ya,
intinya harus tetap mempertahankan, memperjuangkan dan maju terus, atau mundur
teratur dan mengikhlaskannya. Ada yang bilang cinta itu butuh pengorbanan dan
perjuangan. Namun disisi lain.....
Aku pernah katakan tak janji bisa menunggu dia, bukan tidak setia atau serius. Tapi
begitulah secara logikanya, karena dia
sudah mantap. Tapi, hidup masihlah panjang. Apapun bisa terjadi.
Di malam hari aku coba untuk menghubunginya, dua kali aku
kirim pesan singkat. Namun dia tidak
membalas. Entah mengapa, dulu pesan yang bisa dikatakan tidak penting sekalipun
pasti dia balas. Mungkin memang dia telah
berubah, atau sudah tidak sayang lagi. Namun, bisa saja dia sedang mencoba untuk move
on. Entahlah.....
Rabu,
12 September 2012
Aku pergi ke proyek sendiri hari ini. Karena temanku ada
keperluan. Dalam perjalanan, biasanya aku mengendarai motor dengan kecepatan
cukup tinggi. Namun kali ini aku ingin menikmati suasana. Dan dalam perjalanan,
aku seolah berbicara kepada diri sendiri dan menegaskan bahwa “untuk sekarang
tak ada yang perlu dilakukan. Diam, dan tunggu. Untuk sekarang fokus dulu
disini. Soal nanti, ya nanti. Itu bagaimana nanti kamu di Bandung. Aku tau kamu
kangen dia, sayang dia. Tapi, untuk sekarang sampai nanti
kamu pulang... tak ada yang harus dan perlu dilakukan. Biarkan diam dulu”
Saat istirahat siang itu aku pergi ke masjid. Rasanya aku
ingin menangis dan hanya ingin mengeluh kepada Allah. Tapi ternyata, sulit
untuk menangis. Kesal, ya mungkin karena saat itu aku tidak benar-benar
memasrahkan diri.
Dan sebenarnya hidup kita itu indah jika kita mau
bersyukur. Ya memang, mungkin sekarang dia
bukanlah milikku. Tapi lihat, coba perhatikan. Matahari masih bersinar,
angin masih bertiup, dan aku masih bernafas.
Saat sampai di rumah aku coba membaca tulisan di blog
teman SMA-ku yang belum sempat kubaca. Dan ternyata, isinya adalah tentang asal
mula geng kami saat SMA. Gengnya bernama ROBO. Aku lupa bahwa aku memiliki
sahabat-sahabat terbaik yang pernah kukenal. Dan akupun senang dan kembali
teringat masa-masa SMA. Ya, masa yang indah. Dan bertambah syukurku, nikmat
Tuhan mana lagi yang aku dustakan. Meskipun aku sedang sedih, tapi ingat aku
pernah bahagia. Kehidupan memang tak selamanya bahagia, tapi tak juga selamanya
sedih. Dan aku, ingin selalu dan terus bahagia. Karena bahagia itu datangnya
dari dalam diri sendiri. Apapun yang terjadi jika kita bersyukur dan ikhlas
maka Insya Allah pasti akan bahagia.
Teringat hari rabu, 2 minggu yang lalu. Aku memberikan
kepada dia sebuah surat sebelum aku
pergi ke Bali.
“...........
Besok saya berangkat, kurang lebih sebulan saya disana.
Perpisahan ini jangan menjadi perenggang hubungan, tapi penguat rindu saat
bertemu.
Selama sebulan penuh kita sama sekali ga akan ketemu.
Maaf, selama disana saya ga bisa jagain kamu. Ga ada
disisi kamu kalau kamu butuh. Tapi disana saya bakal doain kamu supaya
baik-baik aja. Dan bakal terus jaga komunikasi. Saya bakalan rindu dan inget
terus sama kamu.
Jangan khawatir, Insya Allah saya bakal baik-baik aja
disana. Saya janji bakal balik lagi ke Bandung buat ketemu kamu, keluarga, sama
temen-temen saya. Janji
Kamu baik-baik di Bandung ya. Tunggu saya pulang... “
Ya, dia mengatakan
dia kaget saat membaca surat itu. Dia mengatakan jika pacarku yang membaca
pasti menangis. Tapi, dia bukanlah
pacarku.
Kata-kata dalam surat itu sekarang seperti tak begitu
berarti, tapi yasudahlah. Aku akan tetap menjaga janjiku yang pastinya.
Entahlah...
Di malam hari ternyata aku diajak ke acara pernikahan
disini. Suasana yang sangat tidak aku bayangkan. Acaranya di sebuah gedung
serba guna di bawah sebuah masjid yang sangat besar. Ternyata, ukhuwah islam
disini luar biasa kuatnya. Dan ternyata banyak juga warga muslim disini. Aku
merasakan hal yang benar-benar tak bisa dibayangkan. Benar-benar tak dapat
dituliskan dan digambarkan dengan kata-kata. Aku merasa di rumah.
Kamis,
13 September 2012
Salah satu suasana yang sangat aku suka. Cuaca mendung
teduh di pagi hari. Haaaah, segar rasanya. Menundukan hati yang marah,
menenangkan hati yang gelisah.
Saat itu ketika berangkat ke tempat proyek tempat kerja
praktikku di klungkung, aku melihat sebuah tulisan di belakang sebuah mobil. “terlalu
mencintai dunia, sumber segala dosa.” Iya iya, terlalu mencintai dunia adalah
sumber segala dosa dan kegelisahan. Adapun salah satu dari Hadits ‘arbain yang
artinya :
“Dari Abu Abbas Sahi bin Sa’ad Assa’idi ra. Dia berkata :
Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, maka beliau berkata: Wahai Rasulullah,
tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan
mencintaiku, maka Beliau bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan
dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan
dicintai manusia. (hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad
hasan)”
Cintailah dunia sesukamu, cintailah anak dan istrimu
sesukamu, cintailah hartamu sesukamu. Tapi ingat, suatu saat kau pasti akan
berpisah dengan itu semua.
Lalu ada juga sebuah hadits yang sangat bagus.
“Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yan hijrahnya
karena menginginkan kehidupan yang layak didunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
Jadi, intinya adalah jika kita hijrah atau melakukan
sesuatu karena harta dan wanita ataupun kehidupan baik di dunia Insya Allah
pasti kita dapatkan. Tapi, tidak lebih dari itu! Namun, jika kita berhijrah
atau melakukan sesuatu karena Allah dan Rasul-Nya, maka Insya Allah pasti
semuanya akan kita dapatkan. Pasti !!
Siang harinya, aku mendapatkan sms tauhid lagi yang
isinya
“Kesulitan dan kepahitan sudah dirancang sempurna oleh
Allah bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk membersihkan dan memuliakan
kita bila tepat menyikapinya.”
Allah sesuai dengan prasangka makhluknya, maka berbaik
sangkalah.
Malam hari dia
sms.
“selamat malam. Maaf yaa jarang bales sms, aku lagi
riweuh. Pacar aku sakit. Udah seminggu ga kerja.” tapi keadaanku saat itu
sedang tidak ingin berkomunikasi dengannya. Malam itu tak kubalas.
Jum’at,
14 September 2012
Pagi ini kubalas pesannya. Aku hanya mengatakan iya,
mudah-mudahan lekas sembuh. Tak ada kata-kata lain. Diapun hanya membalas “makasiih :)”.
Seperti hari biasanya aku pergi ke proyek sebentar lalu
menunaikan Sholat Jum’at dan kembali ke rumah. Tak banyak yang kulakukan hari
ini.
Lalu dimalam hari aku chating
dengan dia. Dia bercerita tentang
pacarnya yang sakit dan dialah yang
merawat dan mengantarkannya ke dokter. Betapa beruntungnya dia. Nampaknya
pacarnya bukan hanya sekedar ingin pacaran atau bagaimana. Tapi dia memang
benar-benar butuh “seseorang”.
Sabtu,
15 September 2012
My will is my will. Itulah yang membuat hidup dan hariku
terasa bebas dan tak merasa bersalah dengan tanpa masalah.
Aku pergi dengan keinginanku sendiri menyusul temanku
yang sudah pergi lebih dahulu ke Tabanan. Ditemani matahari sore yang hangat di
sepanjang perjalanan. Hah...
Rohis teroris. Pemberitaan baru-baru ini yang megusik
teman-teman aktivis Rohis. Salah satu stasiun televisi menyinggung bahwa cara
rekrutmen teroris sekarang adalah melalui ekskul-ekskul di SMP dan SMA. Aku
sebagai salah satu alumni rohis di SMA pun merasa tersinggung. Tapi ya, apa
yang bisa aku lakukan. Atau, aku yang mulai sudah tidak peduli dengan dunia
rohis dan dakwah. Entahlah...
Setiap harinya aku sempatkan untuk berselancar di dunia
maya melalui media situs jejaring sosial. Aku selalu menyempatkan waktu karena
hanya itulah yang membuat aku bisa semakin bahagia karena bisa tetap
berkomunikasi dengan teman-temanku. Dan, salah satu yang mebuatku benar-benar
bersyukur dan bahagia adalah aku mempunyai cerita masa lalu dengan teman-temanku
yang begitu indah, dan di masa depanpun aku masih bisa merajut kenangan itu
lagi. Teman yang selalu ada disaat bahagia maupun sedih, disaat senang maupun
susah. Alhamdulillah :)
Lalu aku chating dengan temanku yang mempunyai kasus hampir sama
denganku. Lalu, dari percakapan itu aku mendapat suatu prasangka bahwa :
“aku untuk dia adalah
sebagai penguji kesungguhan kesetiaan. Dia
untukku adalah sebagai penguji keikhlasan”.
Hah, yasudah.. malam itu aku dan temanku membakar ayam
dan udang untuk makan malam. Dan untuk menghilangkan rasaku yang tidak karuan
aku menonton pertandingan sepak bola. Sunderland vs Liverpool. Aku tidur
setelah pertandingan itu selesai.
Minggu,
16 September 2012
Hari ini kami pergi main ke pantai dreamland dan pantai
ulubuntu dekat pantai uluwatu, aku pergi main dengan teman-temannya temanku
juga. Sunset kedua yang aku saksikan di Bali. Dan, aku masih sendiri menikmati
pemandangan ini.
Senin,
17 September 2012
Tak banyak yang dilakukan hari ini. Di proyek kami hanya
melihat-lihat dan main. Entah harus tertawa atau sedih, tapi yang jelas aku
kaget. Temanku yang sedang beristirahat dibalik bronjong hampir tertimpa oleh
batu bolder yang diangkat oleh backhoe. Hampir saja, jika saja batu itu
besar ataupun sedikit lebih dekat kepada temanku entah apa yang terjadi.
Mungkin, tamatlah sudah.
Lalu aku hanya memfoto-foto keadaan alam yang masih
begitu alami disekitar proyek.
Malam ini aku sangat ingin makan mie ayam. Tapi aku takut
jika makan mie ayam disembarangan tempat orang berjualan. Disini harus lebih
hati-hati. Bukan suudzon, tapi hati-hati dan waspada. Meskipun yang berjualan
orang muslim, tapi belum tentu ayam disini disembelih dengan cara yang benar
menurut Islam. Maka aku masih sangat berhati-hati untuk jajan. Bahkan, jajanan
yang tidak perlu dipertanyakan atau dikhawatirkan halal haramnya pun aku belum
berani. Seperti hanya gorengan maupun es campur dan yang lainnya.
Selasa,
18 September 2012
Subuh ini temanku mendapat nasihat dari ayahnya. Dari
kamar sebelah aku diam-diam mendengarkan dengan seksama. Isinya kurang lebih
adalah agar kita beribadah dengan ilmu. Ilmu tanpa amal sama dengan lumpuh.
Amal tanpa ilmu sama dengan buta. Dan, apakah kita tidak malu jika nanti ketika
anak kita bertanya suatu hal yang sederhana tentang agama dan kita tidak bisa
menjawabnya? Dan bagaimana jika kita disuatu tempat atau lingkungan yang dimana
sedikit atau bahkan tidak ada orang lain yang lebih paham tentang agama. Kita
akan bertanya pada siapa jika hal-hal sederhana seperti tentang fiqih saja
tidak tahu.
Di malam hari dia sms.
Menanyakan suatu hal yang mungkin tidak penting. Aku bercerita kepada teman
perempuanku. Kata teman perempuanku dia kangen
tapi gengsi. Entahlah, mungkin hanya aku saja yang ke ge-er-an. Dan sebelum
tidur aku kirim dia sms “kalau kamu
kangen saya, saya jauh lebih kangen........” dan seterusnya.
Rabu,
19 September 2012
Tak kusangka, ternyata dia membalas sms. “siapa yang kangen? Ge er :p” haha..
Lalu aku balas
“bakso bulat seperti bola pingpong,
Kalau lewat mengisi perut kosong,
Jadi anak jangan suka berbohong,
Kalau bohong diculik nenek ompong.
Kalau kangen bilang aja kangen, gausah gengsi”
Dia balas lagi
“aku selalu kangen tapi bukan sama kamu, sama pacar aku”
Dan, seperti biasa. Selanjutnya dia membalas sms seperlunya dan dingin.
Oh iya, hari ini aku futsal dengan teman-temannya
temanku. Ternyata disini juga ada FPOK. Mengingatkanku pada dia. Mereka semua rata-rata bermain
dengan sangat hebat. Dan ternyata, mereka kebanyakan keturunan orang sunda. Dan
akupun jika mengobrol dengan mereka menggunakan bahasa sunda.
Kamis,
20 September 2012
Ada sebuah surat yang tadinya ingin kukirimkan untuk dia, tapi untuk apa?
Surat dengan bagian depan gambar dengan tangan sendiri
“ I <3 U ”
Lalu berisikan kata-kata
.......
Tak peduli apapun yang terjadi,
tak peduli seperti apapun dirimu,
tak peduli siapapun dirimu yang sesungguhnya,
tak peduli bagaimanapun masa lalumu.
Yang kutahu hanyalah
“Aku jatuh cinta kepadamu”
.......
Entah harus berapa kali aku mengatakan hal ini..
Milyaran kalipun sepertinya tak akan mengubah keadaan.
Membuat kau menjadi milikku.
Aku cinta padamu
.......
I was born to tell you I love you,
and I am torn to do what I have to, to make you mine...
.......
Mungkin aku memang harus benar-benar mundur. “just be a good guy”. Memang dari pertama
aku berfikir “bukan tentang mendapatkan sesuatu, tapi menjadi yang terbaik”.
Dan hanya ingin menjadi orang baik yang tidak merusak hubungan baik seseorang.
Tapi, setelah menanyakan dan meminta saran dari beberapa
orang. Nampaknya tak apa-apa menyatakan perasaan kepada seseorang yang sudah
memiliki pacar. Dan akupun sepertinya memang tergoyahkan dan memberanikan diri
mengungkapkannya.
Bukan tentang salah siapa, atau siapa yang memulai
duluan. Mungkin semuanya hanya perasaan sesaat dan terbawa suasana. Tapi jika
sesaat, mengapa sampai sekarang masih terasa. Dan masih belum bisa benar-benar
melepaskannya.
Aku juga membayangkan jika pacarnya adalah kakakku
sendiri. Di usia segitu akhirnya dia menemukan “seseorang”, tapi ternyata jika dia meninggalkannya untukku. Pasti
kecewa.
Atau bahkan aku sendiri yang diposisi itu. Penantian
sekian lama kepada seseorang yang dicinta akhirnya berbuah manis dan akhirnya
dapat memilikinya. Namun, jika ternyata dia
pergi karena laki-laki lain. Sudah pasti kecewa dan sangat sedih.
Pasti akan kutemukan kebahagiaanku suatu saat. Janganlah
berdoa karena ingin, tapi karena butuh. Atau ingin dan butuh. Karena Allah
tidak pernah terlambat ataupun terlalu cepat dan tergesa. Tapi pasti tepat
waktu. Tepat waktu tahu kapan kita benar-benar butuh. Bukan sekedar ingin.
“Cinta adalah dimana kebahagiaan orang lain lebih penting
daripada kebahagiaan diri sendiri.”
Mungkin memang seperti yang sudah kukatakan. Aku untuknya
penguji kesetiaan. Dia untukku
penguji keikhlasan. Dan memang harusnya sejak awal tetap begitu. Sejak awal
akupun tak mau “terlibat” cinta. Tapi keadaan berkata lain. Aku tergoyahkan.
Sore ini aku pergi belanja oleh-oleh ke pasar kumbasari.
Aku belanja di kios langganan ibu temanku. Tak banyak yang bisa kuceritakan.
Teringat masa kecilku yang hanya mengenal indahnya cinta
meski tak berbalas dan tanpa ingin memiliki. Karena cinta yang terpendam itu
indah. Namun, cinta yang diungkapkan dan berbalas itu segalanya, lebih dari
indah.
Dan saat itupun aku memutuskan untuk memendam dan tidak
mengungkapkannya karena masih tidak tahu jika aku pacaran nanti akan apa,
pacaran itu untuk apa? Selain itu, akupun masih belum bisa mengendalikan
“nafsu”ku. Jujur, aku takut.
Kemudian setelah lulus SMA pada 2 tahun awal kuliah aku
hidup tanpa cinta, tanpa rohis, tanpa cerita. Kehidupan yang datar-datar saja.
Ya bahagia, hanya kuliah, main dengan teman-teman, touring, main PC Game. Kuliah langsung pulang atau main ke kosan
teman dan pulang malam. Lalu mengerjakan tugas, begadang dan yang lainnya. Tak
ada konflik. Tapi ya, datar-datar saja. Hingga akhirnya akhir tahun lalu aku
mengenal seseorang lewat twitter. Aneh memang. Tapi yasudahlah. Terlalu panjang
untuk diceritakan. Yang jelas itu adalah kisah pertama yang menyedihkan.
Sangat, baru pertama langsung seperti itu. Mungkin ada satu semester lebih aku
dibuatnya tak karuan. Episode hidup yang benar-benar jatuh dan down untuk pertama kali. Tapi ya sudahlah. Ambil baiknya saja.
Banyak pelajaran yang aku dapat. Pelajaran yang membuatku jauh lebih dewasa.
Mungkin lebih sedih kehilangan cintanya daripada harus
kehilangan dia. Kehilangan seorang
saja yang sayang kepada kita dalam hidup ini pasti menyedihkan.
Jum’at,
21 September 2012
Takdir, qodho dan qodar.
Ada beberapa golongan yang memiliki persepsi terhadap
takdir :
1.
Nasib manusia sudah ditentukan oleh Allah.
Manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti ketentuan Allah. Bisa
dikatakan semuanya mutlak ketentuan Allah.
2.
Manusia yang menetukan segala-galanya,
manusia yang bisa menentukan takdir dan nasib yang dijalani. Semuanya mutlak
ditentukan oleh manusia
3.
Nasib manusia tidak semuanya ditentukan oleh
manusia atau Allah. Manusia berusaha, Allah menentukan.
Sulit untuk menjelaskan kepada dia apa arti sebenarnya dari takdir. Intinya takdir adalah akhir
dari sunnatullah. Bukan merupakan sesuatu yang benar-benar mutlak. Karena ada
yang namanya nasib dan ada yang namanya takdir. Itu adalah 2 hal yang berbeda.
Contoh parah dan paling buruknya golongan qodariyah
(pertama) yang pernah mentorku ceritakan adalah sampai bahwa dia mencuri,
melakukan maksiat dan yang lainnya juga itu adalah takdir dan kehendak Allah.
Apakah hidup kita seperti itu? Tentu tidak!!
Sederhananya, takdir adalah ketentuan Allah yang tidak
bisa dirubah. Contohnya adalah kita laki-laki atau perempuan, kita dilahirkan
oleh siapa dan dari golongan mana. Itu adalah takdir. Nasib adalah ketentuan
yang dapat dirubah, misalnya adalah kita mau jadi orang kaya atau miskin, orang
sukses atau tidak. Semuanya perlu adanya sunnatullah atau usaha dalam
merubahnya. Jika kita tidak berusaha dan bekerja mana mungkin bisa sukses dan
kaya. Dan sebenarnya masih banyak contoh kompleksnya tentang takdir dan nasib.
Atau lebih tepatnya Qodho dan Qodar.
Dalam surat Al-kahfi ayat 29 dijelaskan bahwa Allah
menciptakan manusia sebagai makhluk yang bebas dalam bertindak dan menentukan
nasibnya sendiri. Dan dalam ayat lainpun dijelaskan bahwa Allah tak akan
merubah keadaan atau nasib suatu kaum melainkan kaum itu sendiri yang
merubahnya. Ya memang ujung-ujungnya adalah takdir. Tapi apalah artinya takdir
tanpa sunnatullah atau usaha? Bagaimana bisa berubah jika kita sendiri tidak
berusaha untuk merubahnya?
Allahu ‘alam....
Untuk apa Allah menciptakan sisi fujuroha wataqwaha?
Mudah saja bagi Allah untuk menjadikan manusia menjadi satu kaum. Tapi kenapa
Allah menciptakan begitu banyak perbedaan. Ya itu karena Allah membuat pilihan
untuk menguji mana yang benar-benar beriman.
“satu hari yang lalu, satu detik yang lalu adalah takdir.
Kau tidak akan bisa merubahnya.
Satu hari yang akan datang, satu detik yang akan datang
adalah harapan.
Kau pasti akan dapat mengubahnya”
banyak orang yang berhasil melalui ujian dengan
kesusahan, tapi tidak sedikit orang yang terjerembab dan terpuruk karena tidak
lolos ujian dengan kesenangan. mereka terlena dan tergoyahkan dengan kesenangan
dunia.
Sabtu,
22 September 2012
Tadinya aku sudah berniat untuk tidak menulis tentang
cinta lagi, hanya tentang kehidupan, pelajaran tentang hidup. Tapi ternyata,
cinta adalah pelajaran hidup juga. Hidup tak dapat dipisahkan dari cinta. Dan,
sampai sekarang aku masih terus menulis tentang cinta.
Jika dipikir secara logika, dia memang lebih baik dengan pacarnya yang sekarang. Usianya bagi
seorang perempuan sudah cukup untuk menikah dan pacarnyapun sudah mapan. Aku?
Masih jauh untuk ke arah menikah, walaupun aku serius untuk menikah jika
kutemukan “seseorang”. Jika aku jadi dengan dia
pun aku memang ingin serius. Yang pertama dan terakhir.
Namun, jika secara perasaan. Seharusnya mengikuti kata
hati dan siapa yang benar-benar dia cintai.
Karena, harta dan apapun tak akan bisa menggantikan rasa cinta. Bisa saja
bahagia, namun jika tidak benar-benar cinta pasti batinnya akan tersiksa. Tapi
entahlah. Itu pilihan. Bukan sekedar takdir.
Lalu sore hari ayah dan ibuku mengirim sms.
“ya kangen, di bandung nunggu maghrib”
Ternyata ada orang yang selalu dan jauh lebih kangen
kepadaku, tapi kebanyakan aku malah melupakannya dan tidak sadar. Ayah dan
ibu...
Seharusnya aku banyak bersyukur, tapi ternyata aku lebih
banyak terpalingkan dari mereka.
Minggu,
23 September 2012
Pagi ini aku bermimpi sedang berada diruang kelas. Ada
temanku waktu SD. Dia menangis dan entah mengapa, mungkin karena pikiran liarku
atau karena apa. Dia menangis dan aku seolah meyakinkan kepadanya bahwa aku
ingin membangun sebuah hubungan yang serius dengan dia. Entahlah....
Setelah bangun aku bergegas sholat shubuh, dan temanku
mengajak bermain ke pantai sanur. Kami menikmati pemandangan suasana sun rise disana. Indah...
Kadang aku mengeluhkan betapa beratnya kisah dan episode
hidup yang kualami. Kulihat ada beberapa teman yang nampaknya tidak begitu
sulit. Jelas aku iri. Tapi mungkin segala sesuatunya baik ujian atau beratnya
ujian adalah sesuai dengan tingkatan. Ya mungkin. Everyone have their own
story.
Senin,
24 September 2012
Aku teringat saat awal-awal kenal dengan dia dan temanku yang lain. Satu hari
kami pergi ke desa sebelah yang sedang ada sebuah acara. Mahasiswa dari kampus
kami yang mengadakan. Disana aku sempat melamun dan berbicara dalam hati.
“kapan aku menemukan seseorang? Aku menunggu untuk dipertemukan.”
Sampai akhirnya, tiba-tiba setelah hari-hari yang kami
lalui. Rasa itu perlahan mulai muncul. Aku memang tak mudah untuk suka kepada
seseorang, tapi jika sudah suka sulit melepasnya. Aku hanya bisa diam dan
memendam rasa itu. Dan sampai kami sering mengobrol dan bercerita, sinyal dan
kode pun aku sampaikan. Dan dia sepertinya
punya rasa yang sama. Entah mengapa aku berani mengungkapkannya saat itu. Dan
sekarang, entahlah apakah aku harus memendam rasa itu lagi. Aku benar-benar
bingung dan heran dengan diriku sendiri. Kadang aku seolah ikhlas ingin
benar-benar melepasnya. Namun terkadang benar-benar menginginkannya.
Sekarang, aku sedang mendengarkan lagu yang aku copy dari mobil ayah temanku. Ya,
lagu-lagu romantis. Aku sangat mendambakan “seseorang” yang benar-benar
kurindu. Begitupun dia. Dia yang selalu kuingat dan kuingin selalu ada dalam
setiap cerita dalam hidupku, dan semuanya “always better with her”. Dan kuharap
dia adalah dia. Tadinya aku lelah
setelah seharian di proyek, mata perih dan badan sudah terasa letih dengan
semuanya. Tapi seperti biasa aku tidak jadi beristirahat dan terus menuliskan
catatan kecil ini. Dan Allah benar-benar sangat mudah merubah suasana hati,
dari sedih ke bahagia ataupun sebaliknya. Benar-benar sangat mudah, bahkan
tanpa alasan.
Semuanya masih tetap dalam angan-angan dan mimpi. Mimpi
yang entah kapan benar-benar akan terwujud. Mimpi yang sudah sepertinya akan
menjadi sebuah kenyataan. Tinggal sedikit lagi, namun.
Biarlah dulu, aku masih menuliskan catatan ini sampai aku
benar-benar lelah dan akhirnya tidur terlelap. Mudah-mudahan tidurku ini
menjadi penawar lelah. Lelah atas pencarian dan penantian. Dan mimpiku menjadi
penawar rindu.
Aku selalu bercerita betapa aku sangat menginginkannya,
kadang. Entah apakah aku murahan atau lemah atau bagaimana. Tapi, beginilah
aku. Dulu, aku begitu kuat menahan perasaan. Tapi sekarang? Rasa ingin memiliki
lah yang membuat aku berani mengutarakan dan mengungkapkan perasaan. Orang
bilang “sedikit jual mahal lah, jangan terlalu murahan seperti yang
terus-terusan mengejar. Kaya ga ada cewe lain” yayaya.. terserah.
Entahlah, beginilah aku. Semuanya tergantung dan tidak
menentu. Dan entah sepertinya sulit untuk berkata tidak, bahkan pada diri
sendiri.
Menunggu dan terus menunggu....
Ya, aku merasa lebih dewasa sekarang. Lebih bisa
mengendalikan perasaan dan tidak terlalu galau seperti dulu. Tapi, perasaan
galau atau sedih dan merenung itu beberapa saat memang diperlukan. Membuat kita
jadi berfikir.
Setelah meneruskan tulisan yang sempat tertunda. Ayah
temanku membawakan makanan. Akupun makan, dan kebiasaan disini setelah makan,
piring dan alat makan lainnya dicuci masing-masing. Ya teringat waktu itu
sering, pernah atau kadang aku mencuci piring dengan dia.
Ya, cukup untuk hari ini.
Akhirnya tubuh ini sudah benar-benar butuh istirahat.
Saatnya memenuhi hak tubuhku untuk istirahat. Berharap besok adalah hari yang
luar biasa, hari yang bahagia. Berharap besok selalu lebih baik dari hari ini.
Selasa,
25 September 2012
“Jatuh cinta tidak membutuhkan alasan,
dan bertarung untuk memenangkan cinta
tidak membutuhkan penjelasan.”
_Mario Teguh_
dan bertarung untuk memenangkan cinta
tidak membutuhkan penjelasan.”
_Mario Teguh_
Kata-kata dari pak
mario yang membuatku bingung lagi. Apakah “perjuangan” ini harus dilanjutkan?
Apakah ini salah? Suka
dan “mendekati” seseorang yang sudah memiliki pacar. Memang belum menjadi
sebuah ikatan yang pasti dan bukan “merusak rumah tangga”. Tapi apakah benar
melakukan semua ini?
Dan terlintas
keinginan untuk cepat pulang, tapi apa yang akan aku lakukan nanti disana?
Lalu tidak lama
kemudian dia sms “seneng banget bisa
dansa sama dia”. Dia yang dimaksud adalah kecengan dia di fakultasnya. Menegaskan bahwa dia memang tipe “penikmat” cinta, kalau aku “pemburu” cinta. Bahasa
kasar yang temanku jelaskan sih seperti itu. Usia segini memang sedang
senang-senangnya suka sama orang. Dan sepertinya juga dia belum benar-benar ingin serius.
Yang kucari adalah
cinta dan calon istri. Bukan pacar dan sekedar status. Dia belum bisa dikatakan calon istri, masih butuh sedikit polesan
dan sentuhan akhir. Tapi, yang penting adalah bukan mencari yang sempurna. Yang
penting adalah bagaimana caranya saling menyempurnakan satu sama lain. Dan aku
inginkan itu. Menerima apa adanya dan saling menyempurnakan.
Huh, hari ini hari
terakhir ke proyek. Tak terasa, saat diawal terbayang pasti akan terasa begitu
lama. Tapi ternyata sudah akan selesai. Sudah hampir sore waktu itu. Waktu
sholat Ashar tiba. Aku berwudhu disungai, dan aku sempatkan untuk duduk
sebentar setelah wudhu dipinggir sungai. Damainya hati, suasana tenang dan
angin yang bertiup sejuk. Nikmat Tuhan mana lagi yang harus ku dustakan?
Hari terakhir ini tak
kusia-siakan untuk hal yang jarang bisa dilakukan. Aku mandi disungai dengan
temanku. Hahaha. Terakhir aku mandi di sungai adalah waktu SD, aku mandi di
sungai di Magetan. Kampung saudaraku, tak jauh dari Madiun.
Rabu, 26 September 2012
Ini hari terakhirku
di Bali. Besok, aku harus kembali pulang ke Bandung. Nampaknya aku belum begitu
mendapat arti yang kucari. Entahlah, aku yang tidak peka, tidak memperhatikan,
atau memang tidak benar-benar mencari?
Kerja keras? Aku
hanya berleha-leha saja dan bersenang-senang. Mungkin...
Tapi aku melihat
seorang bapak yang benar-benar mirip ayahku. Tubuhnya yang sudah menua dan
melemah, beliau masih harus bekerja menjadi seorang kuli. Tak lain tak bukan,
Pasti!! Beliau rela bekerja keras menjadi kuli hanya untuk menafkahi
keluarganya. Aku harusnya bersyukur dan bekerja lebih keras lagi. Jangan
terlena oleh keadaan dan kenyamanan yang sudah ada. Dan aku, tak ingin orang
tuaku di usianya yang sudah cukup tua masih harus bekerja menafkahiku dan
keluarga yang lainnya. Seharusnya mereka tinggal dirumah menikmati hari tuanya.
Diam di rumah. Sesekali aku mengunjunginya, jika perlu aku yang merawatnya.
Dengan istriku nanti. Aku ingin melihat mereka selalu tersenyum. Aku tak ingin
merepotkan mereka lagi. Sudah cukup aku selalu merepotkan mereka. Uang yang aku
minta, kasih sayang yang mereka berikan mau sampai kapanpun tak akan bisa
kubalas. Aku hanya ingin mereka beristirahat dengan tenang nanti. Aku ingin
bertemu mereka di syurga nanti.
Maafkan aku yang
kadang membentak mereka ya Allah. Terimakasih ayah, ibu. Tak ada yang bisa
kukatakan lagi. Terimakasih... Maafkan aku.
IMAN?
Aku belajar beberapa
hal. Toleransi beragama, pentingnya menguatkan ukhuwah, sholat berjamaah dan
tepat waktu. Dan, yang paling penting adalah amalan dengan ilmu. Sudah saatnya
aku harus lebih keras lagi belajar mencari ilmu tentang beribadah. Ketauhidan
yang sudah kuat harus diperkuat dan disempurnakan lagi dengan fiqih yang benar.
CINTA???
Perjuangan?
Penantian? Keikhlasan?
Kamis, 27 September 2012
Hari ini aku pulang. Jutaan petualangan yang tak dapat
kutuliskan semua selama aku di Bali sudah kujalani. Dan memang tak harus dan
tak perlu semuanya aku tulis. Ada yang tetap kusimpan sebagai misteri.
Tak tahu apa yang akan terjadi nanti di Bandung. Tapi
yang pasti akan kupenuhi semua janjiku. Akan kusambut lagi jutaan petualangan
yang akan datang. Dan aku akan kembali berusaha untuk menggapai semua mimpi dan
ci
ta-citaku.
ta-citaku.
Aku akan belajar lebih giat, beribadah lebih rajin, dan
akan selalu bersemangat dan tersenyum apapun yang terjadi.
Akan kutemui dia.
Pasti!!
Namun,
Apakah aku harus mengatakan ini? Tapi aku tidak mau dan
tidak sanggup mengatakannya. Karena aku mencintainya. Dan aku sangat
menyayanginya.
“pergilah, dan tak usah cari aku lagi”
Entahlah.. aku pernah katakan bahwa aku tak janji bisa
menunggu. Tapi kenyataannya sampai sekarang.
Aku masih menunggu... entah sampai kapan .
Aku masih menunggu. Entah apa yang membuatku masih
bertahan sekarang. Aku masih tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.
Mungkin, karena cinta. Tak peduli apapun yang terjadi. Tak
peduli seperti apapun dirinya, tak peduli siapapun dirinya yang sesungguhnya,
dan tak peduli bagaimanapun masa lalunya.
Semoga ini bukan cinta yang salah. Semoga ini cinta yang
benar. Jika ini cinta yang salah? Yasudahlah. Tapi apakah ada cinta yang salah?
Tapi entahlah, aku hanya bisa berusaha dan sabar. Allah
yang menentukan hasil akhirnya. Seharusnya aku ikhlas. Tapi akankah selamanya
harus terus begini, dengan keadaan seperti ini?
Bukan keadaan yang salah, bukan waktu pula yang tidak
tepat. Mungkin memang ini jalan-Nya.
Entah apa maksud-Nya selama ini. Namun memang seharusnya
aku berjalan sampai ujung, dan pasti akan kutemukan rahasia dibalik rahasia.
Yaaah, begitulah pengalaman yang dapat aku tuliskan di
catatan kecil ini. Ya, nampaknya aku lebih banyak bercerita tentang cinta. But,
it’s my life...
Selamat tinggal Bali,
Selamat datang Bandung...